Rabu, 09 Januari 2013

Rahmad Satria : Sudah saatnya Robo-robo menjadi Even Wisata Andalan Kab.Pontianak


H. Rahmad Satria, SH.MH (Kedua dari Kanan). Foto : Catur Prasetyo

Ribuan masyarakat kabupaten Pontianak berkumpul di kawasan Pelabuhan terpadu Kuala mempawah untuk menghadiri pelaksanaan puncak acara Napak tilas awal berdirinya Kerajaan Mempawah, yang dikenal dengan Istilah Robo-robo'.

Even budaya yang dilaksanakan rutin setiap tahun, pada hari rabu terakhir bulan Safar (Kalender Hijriah) tersebut juga dihadiri oleh tamu Undangan dari beberapa Provinsi salah satunya adalah Gubernur Bangka Belitung, dan Raja - raja dari Keraton se-Kalimantan Barat.


Bersama Sekda Kalbar & Ka.Kwarda Kalbar
Ketua Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kab.Pontianak, H. Rahmad Satria, SH.MH yang turut hadir dalam peringatan Robo-robo' tahun 2013 mengatakan, "sudah seharusnya Pemerintah Provinsi Melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk terjun langsung mengembangkan Kebudayaan Robo-robo yang ada di Kab.Pontianak menjadi sebuah even wisata yang dapat menarik perhatian para Wisatawan baik Lokal maupun manca negara. Sudah saatnya Pemerintah Provinsi bersama Pemerintah Kab.Pontianak dan Keraton Mempawah melakukan Kerja sama agar kegiatan Robo-robo' tidak hanya menjadi sebuah ritual budaya semata, namun dapat menjadi sebuah even wisata yang menarik minat masyarakat luas dan menjadi Even wisata andalan di Kab.Pontianak". Pungkasnya
 
Robo-robo' merupakan sebuah kegiatan yang dilaksanakan  pada Rabu terakhir bulan Sapar (Hijriah) yang menyimbolkan keberkahan. Menurut cerita, ritual ini merupakan peringatan atau napak tilas kedatangan Pangeran Mas Surya Negara dari Kerajaan Matan (Martapura) ke Kerajaan Mempawah (Pontianak).
Ritual tersebut dimulai ketika Raja, Ratu Mempawah, putra-putrinya serta punggawa dan pengawal berangkat dari Desa Benteng, Mempawah, menggunakan perahu bidar, yakni perahu kerajaan dari Istana Amantubillah. Kapal tersebut akan berlayar menuju muara Sungai Mempawah yang terletak di Desa Kuala Mempawah dengan jarak tempuh sekitar satu jam perjalanan. Di muara sungai akan dilakukan semacam upacara "penyambutan" ke laut seperti ketika Opu Daeng Menambon tiba di muara sungai tersebut untuk pertama kalinya. 
Makan Seprahan bersama Para Undangan

Terharu karena melihat sambutan rakyat Mempawah yang cukup meriah, Opu Daeng Manambon pun memberikan bekal makanannya kepada warga yang berada di pinggir sungai untuk dapat dinikmati mereka juga. Karena saat kedatangannya bertepatan dengan hari Minggu terakhir bulan Syafar, lantas rombongan tersebut menyempatkan diri turun di Kuala Mempawah. Selanjutnya Opu Daeng Manambon yang merupakan keturunan dari Kerajaan Luwu Sulawesi Selatan, berdoa bersama dengan warga yang menyambutnya, mohon keselamatan kepada Allah agar dijauhkan dari bala dan petaka. Usai melakukan doa, kemudian dilanjutkan dengan makan bersama. Prosesi itulah yang kemudian dijadikan sebagai awal digelarnya hari Robo-robo, yang saban tahun rutin dilakukan warga Mempawah, dengan melakukan makan di luar rumah bersama sanak saudara dan tetangga.

Bagi sebagian masyarakat di beberapa daerah di Indonesia, bulan Safar diyakini sebagai bulan naas dan sial. Sang Pencipta dipercayai menurunkan berbagai malapetaka pada bulan Safar. Oleh sebab itu, masyarakat yang meyakininya akan menggelar ritual khusus agar terhindar dari marabahaya. (Rudy)

0 comments:

Posting Komentar