H. Rahmad Satria, SH.MH (Kedua dari Kanan). Foto : Catur Prasetyo |
Ribuan masyarakat kabupaten Pontianak berkumpul di kawasan Pelabuhan terpadu Kuala mempawah untuk menghadiri pelaksanaan puncak acara Napak tilas awal berdirinya Kerajaan Mempawah, yang dikenal dengan Istilah Robo-robo'.
Even budaya yang dilaksanakan rutin setiap tahun, pada hari rabu terakhir bulan Safar (Kalender Hijriah) tersebut juga dihadiri oleh tamu Undangan dari beberapa Provinsi salah satunya adalah Gubernur Bangka Belitung, dan Raja - raja dari Keraton se-Kalimantan Barat.
Bersama Sekda Kalbar & Ka.Kwarda Kalbar |
Robo-robo' merupakan sebuah kegiatan yang dilaksanakan pada Rabu terakhir bulan Sapar (Hijriah) yang menyimbolkan
keberkahan. Menurut cerita, ritual ini merupakan peringatan atau napak
tilas kedatangan Pangeran Mas Surya Negara dari Kerajaan Matan
(Martapura) ke Kerajaan Mempawah (Pontianak).
Ritual tersebut dimulai ketika Raja, Ratu Mempawah, putra-putrinya serta
punggawa dan pengawal berangkat dari Desa Benteng, Mempawah,
menggunakan perahu bidar, yakni perahu kerajaan dari Istana
Amantubillah. Kapal tersebut akan berlayar menuju muara Sungai Mempawah
yang terletak di Desa Kuala Mempawah dengan jarak tempuh sekitar satu
jam perjalanan. Di muara sungai akan dilakukan semacam upacara
"penyambutan" ke laut seperti ketika Opu Daeng Menambon tiba di muara
sungai tersebut untuk pertama kalinya.
Terharu karena melihat sambutan rakyat
Mempawah yang cukup meriah, Opu Daeng Manambon pun memberikan bekal
makanannya kepada warga yang berada di pinggir sungai untuk dapat
dinikmati mereka juga. Karena saat kedatangannya bertepatan dengan hari
Minggu terakhir bulan Syafar, lantas rombongan tersebut menyempatkan
diri turun di Kuala Mempawah. Selanjutnya Opu Daeng Manambon yang
merupakan keturunan dari Kerajaan Luwu Sulawesi Selatan, berdoa bersama
dengan warga yang menyambutnya, mohon keselamatan kepada Allah agar
dijauhkan dari bala dan petaka. Usai melakukan doa, kemudian dilanjutkan
dengan makan bersama. Prosesi itulah yang kemudian dijadikan sebagai
awal digelarnya hari Robo-robo, yang saban tahun rutin dilakukan warga
Mempawah, dengan melakukan makan di luar rumah bersama sanak saudara dan
tetangga.
Bagi sebagian masyarakat di beberapa
daerah di Indonesia, bulan Safar diyakini sebagai bulan naas dan sial.
Sang Pencipta dipercayai menurunkan berbagai malapetaka pada bulan
Safar. Oleh sebab itu, masyarakat yang meyakininya akan menggelar ritual
khusus agar terhindar dari marabahaya. (Rudy)